Tak perlu kau tanyakan lagi ketika harap-harap cemas saya ingin mengulang sebuah cerita yang sudah kau tanggalkan dulu. sedang hanya padamu saya kembali memiliki kekuatan untuk berdamai pada hidup Yang terlanjur begini.
Sebab hanya pada kesunyian bahwa kau yang diam tidak pernah mengampuni. Begitulah caramu. Masih ingat, di pulau itu, satu-satunya kekuatan doa akan di dengar, kedamaian jiwa serta senyuman tulus terukir pada guratan wajah-wajah manusia bermuka besi yang katanya suci bagai Dewa.
Berdamailah pada hidup yang begini, sebab waktu akan membunuhmu perlahan.
Terjamah. Hanya saja semestinya saya tidak pernah kembali. Menggulung cerita usang yang tak perlu repot kau dengar. Sebab sekonyong-konyong melibatkanmu yang tak pernah mengampuni serupa dengan berjalan di atas bumi ibu kemudian tak pernah dilihat dunia. Kepalang jatuh kemudian dengan diam mulai kembali mengampuni doa yang kau ucapkan. Doa dan wangi dupa yang setiap pagi saya rindukan. Kemudian terdengar saat menjelang sore suara kelintingan lonceng tetangga sebelah merayuku untuk kembali datang secepatnya.
Bergulat dengan keadaan. Begitulah hidup. Kadang saya selalu bermimpi kemudian lupa akan hidup pada hatinya yang dulu saya abaikan. Lalu Saya sendiri baru menyadari tidak ada hal yang paling menyakitkan ketika harus mengulang kenangan kemudian merobeknya menjadi semacam sampah. Tidak ternilai atau bahkan seharusnya dicampakkan hingga Tujuh purnama sudah berlalu. Kini doa itu mulai didengar. Terimah kasih Semesta yang sudi mengampuni kaum hawa yang dilahirkan dari janin suci ibu.
KARINA ASTA
My Life was limited to coffee
Senin, 16 November 2015
Rabu, 25 Desember 2013
(Review) Buku Penjaja Cerita Cinta By @Edi_akhiles
Judul : Penjaja Cerita Cinta
Penulis : @edi_akhiles
Penerbit : DIVA Press, Yogyakarta
Cetakan 1 : Desember 2013
Tebal : 192 halaman
Nah, kalo
kekurangannya sendiri. Saya agag terganggu dengan warna cover dan designnya :( , sayang bangettt padahal semua kisah-kisah di dalamnya sangat
inspiratif dan luar biasa kerennya. Dan, tiap buka Judul Babnya kalo saya pikir
terlalu rame dengan Lay-outnya yang bergambar kaki seorang pria tengah berjalan,
ada gedung-gedung dan mobil-mobil berjejer. Saya jadi kaya baca komik :((( sangat disayangkan. tapi apapun itu Over all semua ceritanya saya sukakkkkkkkk, keren dan gag kecewa baca sampai tuntas dan akan saya baca ulang lagi nanti pastinya ;))))))))
Penulis : @edi_akhiles
Penerbit : DIVA Press, Yogyakarta
Cetakan 1 : Desember 2013
Tebal : 192 halaman
Biografi Penulis :
@edi_akhiles yang punya nama asli Edi
mulyono ini lahir di lalangon, Manding, Jawa Timur, 13 November 1977 silam. Ia sudah
gila menulis cerpen sejak kecil dan punya nama pena Edi AH Iyubenu. Pak Bos Edi
adalah sapaan banyak orang yang juga belum pernah bertemu dengannya, namun
sudah akrab dengannya karena seringnya
ia mengobrol dengan banyak orang di dunia maya melalui akun Twitter pribadinya.
Pak bos Edi mulai menulis Fiksi sejak tahun 1995 dan membutuhkan 700 cerpen
untuk dimuat pertama kalinya pada tanggal 10 maret 1996 di harian kedaulatan
Rakyat Jogja, dengan cerpen berjudul Den bagus, dan dapat honor Rp 35.000. Dan
sejak saat itu pula ratusan cerpennya selalu dimuat di berbagai media massa,
dari Horison, Kompas sampai Jurnal Ulmul
Qur’an dan Koran-koran local lainnya. Sekarang Pak edi merupakan rector dari
kampusFiksi yang merupakan wadah bagi penulis pemula yang ingin terjun menjadi
seorang novelis, juga CEO dari Penerbit
ternama di Jogja yakni DivaPress.
Nah berikut saya akan mereview salah
satu buku kumcer milik Pak Bos Edi yang berjudul “Penjaja Cerita Cinta” Anda harus membaca sampai selesai setiap
cerpen dalam buku ini! Jangan menyimpulkan apapun sebelum menuntaskannya. Ya,
itu pesan dari Pak Bos Edi di dalam bukunya ini.
Jumlah keseluruhan cerpen di dalam buku ini
ada 16 cerpen yang sebagian dari kumpulan cerpen pernah di publikasikan dalam Koran, blog, dan
sebagian lagi belum. Menurut Pak Edi
sebagian cerpen-cerpen yang ditulisnya sebagian besar ditulisnya sambil ngopi ,
tertawa-tawa dan sebagian lagi dengan emosi yang terkuras-kuras. Baiklah, kita mulai.
* Penjaja cerita Cinta (Kesetiaan, Rindu, Perpisahan dan
kenangan)*
Rumah
yang kucari ini lebih tepat disebut kastil. Tak ada rumah lain disekitarnya.
Ya, hanya sendiri berdiri dalam sepi. Debu-debu kering bisa beterbangan demikian berantakkannya meski hanya secuil
angin yang melenguihnya. Pagarnya berdiri begitu congkak seolah berkata pada
dunia, "Ada kehidupan paling rahasia di dalamnya, jangan ganggu ia atau
kematian akan menyambarmu segera! (hal 9)
Aku
selalu percaya janjimu untuk menjemputku saat senja di tepian teluk seperti
dulu kamu pergi saat senja di tepian teluk.( hal 17)
Aku
sudah lupa bagaimana rasanya lelah menunggu. Tapi aku selalu ingat tetang kamu
yang berjanji akan datang kala senja yang selalu kutunggu. (hal 18)
Jika
ada cerita yang mentertawakan rindu yang sangat menyayat hati pemiliknya,
pastilah rindu yang dirasakan itu
belumlah sepekat rindu yang bersemayam di dalam hati senja. (hal 22)
Jika
ada sesuatu yang bisa melekat sedemikian pepatnya hinggga tak ada seutas detik
pun yang sanggup melepaskannya dari denyut jiwa manusia, pastilah itu sebuah
kenangan. (hal 36)
Buku dengan tebal 192 halaman ini bercerita tentang cinta
yang lumayan menguras tenaga dan pikiran saat membacanya (sedikit lebay) hehe. Tapi
jujur, memang benar adanya. Kalo menurut saya sendiri yang masih awam dalam
tulisan Fiksi, lumayan ikut masuk dalam konflik yang terjadi pada setiap cerita
pendek yang disajikan (macam makanan) :P. Bab Pertama ini menceritakan seorang
pria yang tengah mendatangi rumah seorang wanita paruh baya bernama Nyonya
Srintil yang dibayar untuk menceritakan kisah cinta yang mampu mengguncang
hatinya.
“Panggil aku nyonya, ya, nyonya Srintil…”
“Nyonya Srintil…”
“Cukup Nyonya Sri…”
Diawali cerita tetang Kesetiaan, Rindu, Perpisahan, dan Kenangan. Yang bercerita seorang Gadis yang terobsesi pada
Senja. Bercerita bagaimana gadis yang bernama Senja itu mencintai senja
sekaligus membenci sebenci-bencinya. Sedikit masuk akal ketika kesetiaan,Perasaan rindu, perpisahan bahkan kenangan membuat
gadis yang bernama senja kehilangan kebahagiaan dalam hidupnya bahkan harus
mengorbankan dirinya sendiri menunggu lelaki yang bermata senja yang tak pernah lagi datang. Meski tak
logis, tapi begitulah kejamnya cinta. Mampu menghancurkan hidup manusia.
Membaca bab pertama ini harap siapkan mental, emosi Anda akan dipermainkan si
penulis, mulai dari perasaan sedih lalu ketawa cekikikan dan berakhir pada hal
yang tak terduga pula.
* Love is Ketek*
Hati-hati ngomong sama cewek. Kesinggung dikit, yang pacaran
bisa langsung putus, yang suami istri bisa langsung ditalak (eh gag gitu juga
sih). Dari awal cerita sampai akhir jujur saya gag berhenti mulai dari senyum-senyum, cekikikan sampai ngakak sendirian di dalam kamar.
Love is Ketek, adalah kisah cewek bernama Parmini yang tersinggung
sama cowoknya yang bilang di keteknya ada selembar bulu, kriting lagi, putih
lagi trus dia nggamuk sampai bikin cowoknya galau. Buat cowok-cowok matilah kau
dengan kemarahan seorang wanita!!! Hahaha
“Ah, cewek, cewek. Juara banget jorokin cowok ke sudut-sudut
terjal ‘rasa bersalah”, untuk kemudian merasa senang bahagia, lalu punya
senjata untuk di kemudian hari kembali mengangkat masalah lama, yang intinya
adalah untuk “kemenangan dia”. (hal 51)
* Cinta Yang Tak Berkata-Kata*
Gila.. Gilaaa.. Gilaaaaaaaa!!!!!! Cerita tentang Cinta yang
tak berkata-kata ini jadi favorit saya. Mungkin jadi favorit cewek di seantereo
dunia kalo baca cerpen ini. Bercerita tentang seorang wanita yang memiliki kekasih
seorang penyair. Ia selalu dikirimi puisi-puisi cinta oleh kekasihnya, padahal
bukan itu yang ia ingini.
Wanita butuh cinta yang nyata, bukan hanya sekadar
kata-kata. Tapi di ending cerita ini betul-betul tidak terduga. Ya, kalo emang
terjadi semoga saja Jazz, Villa dan Desainer
yang dijanjikan bukan termasuk ke dalam salah satu isi puisi sang
penyair muda ntuh.. *pretttt banget kalo gitu* hehehe
*Dijual Murah Surga Seisinya*
Duh…, habis baca cerpen satu ini jadi inget dosa. Berasa gag
pantas surga Allah kita kalikan dengan kebaikan-kebaikan kecil dan mungkin
tidak ada harganya dengan harta yang kita punya di dunia ini. Maha besar Allah.
*Menggambar Tubuh Mama*
Seseorang bercambang belukar, berwajah besi karat, dan
bersuara halilintar menebaskan pedangnya ke leher Mama. Kaki yang telah basah
oleh air kencing yang jatuh tanpa terasa itu kini memerah terciprat darah segar
yang tersebar dari pangkal kepala mama.(hal 73)
Di paraggraf pertama
saja mungkin pembaca akan berkesimpulan yang sama dengan saya sejak awal membacanya. Ini kisah
tentang pembunuhan. Tapi ternyata salah besar! Membaca kisah ini siap-siap
dikecoh setengah mampus apalagi baca endingnya ckckckckck
*Secangkir Kopi Untuk Tuhan*
Baca cerita satu ini bener-bener merinding. Kepergian seorang Simoncelli
jadi mengingatkan saya ketika kejadian itu saya bersama teman-teman sedang
meliput seorang artis yang juga fans berat Simoncelli. Tiba-tiba sang artis bengong seketika membaca sebuah pesan BBM waktu lagi saya wawancara.
“Mbak , Simoncelli meninggal!” katanya pada saya.
“Innalilahi, saudara atau siapanya Anda Simoncelli itu?" tanya saya saat melihat si artis yang keliahatan murung.
lantas, kameramen yang bersama saya ketika itu menyundul kepala
saya. “Dasar oon, itu kan pembalap terkenal,” saya jadi merasa tolol ,setolol-tololnya…..
(maaf malah curcol) tapi jujur saya ikut berduka.
*Tak Tunggu Balimu*
Butuh sedikit mikir ketika baca cerpen satu ini. Kelihatan
baget kalo yang nulisnya emang orang pinter (bukan dukun lho yahhh….). Kalo bagi
saya agag sedikit berat hehe. Tapi saya selalu suka cerita yang disuguhkan
penulis adalah dari hal yang sederhana, termasuk si ‘dangdut koplo’ ini. Hal kecil
bisa jadi besar dan punya makna yang luar biasa..Jempolllll !!!!
* Cinta Cantik*
Cerita cinta komedi anak muda yang bener-bener fresh kaya jus buah
hehe .. tapi saya suka, ceritanya ringan, kocak namun mendidik. Hmm.. kalo boleh
saya sok tahu disini perlu ditekankan kalo cinta sama orang cantik itu mahal. Nah
buat cowok-cowok yang mau deketin cewek cantik yang katanya kulitnya mulusssss
sampai kalo ada lalat ajah kepleset harus siap-siap banyak pengorbanan yahhhh….
:P
* Tamparan Tuhan*
“Saat kau tampar aku, sesungguhnya kau tengah menampar
dirimu sendiri. Saat kau katai aku ‘tahi’, sebenarnya kau sedang memborehkan
tahi ke wajahmu sendiri. Saat kau banting aku layaknya sampah yang maha
menjijikan, sesungguhnya kau tengah membanting dirimu sendiri dan menghargainya
tidak lebih bernilai sari sampah! Semua yang kau lakukan padaku dan yang
lainnya, sesungguhnya adalah segala apa yang kau lakukan pada dirimu sendiri.”
(hal 117..)
Dari petikan tulisan diatas, sudah pasti cerpen satu ini
lebih kepada perenungan diri yang
meminta kita untuk bercermin dahulu sebelum berbuat tidak baik kepada siapapun…
* Abah, I Love You *
“Abah, kendati aku memang tak pernah bilang “sayang, cinta
dan bangga padamu”, tetapi sepenuh hatiku amat sayang padamu, cinta padamu, dan
bangga padamu…. (hal 132)
Memang benar adanya, Lelaki hebat terlahir dari didikan
seorang ayah yang jauh lebih hebat!
*Cerita Sebuah Kemaluan*
Hah… apaan ni!! Awalnya baca ini agag mepet-mpetan..” kok
ngomongin kemaluan sih???” eitsss baca dulu sampai habis, baru kau akan tahu
maksud dari semuanya. Ceritanya ringan
dan jadi sedikit mikir jangan-jangan kalo dua lelaki sedang mengobrol, ya gag
jauh-jauh ngobrolin tentang si anu hehe. Tapi, justru berawal dari situ pula
bisa tahu maksud Tuhan memberi satu kemaluan pada manusia.. cerdasssssss…..
“Andai masing-masing kita punya dua kemaluan, pastilah kita
akan entengan untuk tidak menjaga malu kita. Sebab kalaupun satu kemaluan itu
terkuak malunya, masih ada serep satu lagi kan?” (hal 140)
*Munyuk & Lengking Hati Seorang Ibu yang ditinggal
Mati Anaknya (in memoriam Lik adnan)*
Siapkan tissue untuk baca dua cerita ini. Munyuk mengisahkan
kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Hinaan bahkan sumpah serapah yang
membuat kita sebagai seorang wanita akan
ikut terbawa emosi saat membacanya.
“Munyuk ajah kalau dilipstiki masih lebih cantik dan
membuatku bergairah ketimbang kamu!” (hal 141)
Sungguh ba**ngan lelaki yang menjadi suaminnya ini (Duh….maaf
ikut kebawa emosi kannn....)
Dan lengkingan hati Seorang Ibu yang ditinggal mati Anaknya
membuat kita sebagai anak sadar, betapa cinta kasih ibu tak bisa dibayarkan
oleh apapun di dunia ini. Bahkan dengan nyawa sang anak sekalipun.
“Hei manusia, dengarkan! Mengapa Tuhan menandaskan bahwa surga
di bawah telapak kaki ibu? Sebab hanya ibulah yang bisa mencintai dengan
sepenuh hidupnya, jiwanya, bukan anak! Sebab hanya ibulah yang mampu merasa
kehilangan jika ditinggal pergi anaknya! Sebab hanya ibulah yang mampu memberi maaf
atas semua kedurhakaan anaknya! Sebab hanya ibulah yang punya hati seluas
samudra untuk semua kebahagiaan anaknya, meski menyakiti hatinya!”
(hal 156) Ibuuuuuuuuuuuuuuuuuu :(((((((
*Aku Bukan Batu*
Sungguh aku tidak sudi ditiaadakan pada suatu masa, egoku dilumatkan
begitu saja tanpa bekas. Tolonglah Tuhan, jangan perlakukan aku seperti batu,
sebab aku bukanlah batu yang tak berperasaan, tak berego, tak bercinta! (hal 156)
Ini cerita lebih kepada perenungan diri. Siap-siap terdiam
saat membacanya.
*Si X, SI X, AND GOD*
Ini cerpen penutup yang super
sekali. Cantik dan begitu indah endingnya. Tidak ada narasi, keseluruhannya
dialog. Baru kali ini saya baca cerpen semacam ini. Awalnya saya pikir
membosankan karena tidak ada kata-kata indah yang biasa disuguhkan pak Edi di setiap
cerita pendeknya. Ternyata saya salah. Kerennnnn ini saya sukak bangetttttt, dan
malahan saya pengen nyoba bikin cerpen macam ini….
Di ending kumcernya Pak Edi
memberikan bonus: Hindari ‘Dosa-Dosa Preett” ini dalam menulis. Wow, berguna
banget untuk para penulis pemula seperti saya ini. Kesimpulannya, saya suka
cerita keseluruhan yang disajikan penulis. Semuanya punya rasa berbeda kaya permen
nano-nano. Banyak menemukan kata-kata indah dalam setiap cerpennya. Dan yang
paling penting adalah di setiap cerpen punya arti dan pesan tersendiri,
disungguhkan dalam cerita yang lagi-lagi saya bilang nano-nano dan gag ada
satupun cerita yang membosankan. Saya selalu ingin membuka lembar
demi lembar dari cerpen ini sampai-sampai kebablasan waktu. :)))))
Senin, 25 November 2013
Menguping perbincangan komunitas Cupper
Lantas, saya langsung tancap gas
menuju kopi shop itu, dan kebetulan lokasinya tidak begitu jauh dari tempat
tinggal saya. Tiba di lokasi, kopi shop ini memang kecil, meja yang disediakan
tidak cukup banyak untuk menampung sekitar lebih dari 30 orang. Saya duduk pada
meja di samping rak-rak buku yang ditata rapih. Lantas, saya menanyakan kepada
seorang barista “Apa buku ini boleh dibaca?” sang barista dengan ramah menjawab
“Boleh dong, asal jangan dibawa pulang mbak.” J
Saya selalu setia dengan latte dan
tentu kopi yang wajib dipesan saat berkunjung ke kopi shop, ya sudah pasti,
harus, kudu, wajib “LATTE”. Menu kopi nusantara yang disediakan menurut saya cukup banyak untuk sekelas kopi shop yang
baru berdiri. Kopi shop ini bukan abal-abal, mereka (barista) tahu betul
tentang sejarah kopi-kopi nusantara, bahkan saat saya yang memang sedikit
cerewet kalo ngobrolin kopi bertanya kepada seorang barista “Apa sama alat kopi
yang disediakan di sini dengan kopi shop yang punya merk? Barista itu menjawab
dengan lugas “Kami gag pake alat mbak, disini diracik tradisional, mulai dari
alat penggiling kopi sampai susu pun dimasak langsung.” My GOD saya gag bisa
berkata-kata, banyak pertanyaan yang memenuhi ruang otak saya. “Bagaimana bisa
kopi seenak ini dimasak secara tradisional??????? Tangan mereka (barista)
memang ajaib sepertinya.
Saya masih penasaran dan penasaran,
mau banyak bertanya tapi tidak enak sama si mas barista yang sedang sibuk menggiling
kopi dengan alat-alat yang memang benar masih tradisional. Kurang dari satu jam
ada pengunjung yang datang, jumlah mereka dua orang. Bapak-bapak nyentrik yang
membawa tas laptop di tangannya. Sang barista hanya sekadar tersenyum tanpa
membawakan menu. Lalu, ke dua bapak-bapak itu duduk tepat di hadapan meja (dapur)
barista meracik kopi. Ada tiga barista yang bertugas, dua orang laki-laki dan
satu perempuan, sedang bapak-bapak di depanya itu masih duduk membuka masing-masing
laptopnya. Ke tiga barista ikut bergabung membawakan cangkir-cangkir kecil yang
berisi kopi-kopi hitam. Saya ingin melirik tapi takut tidak sopan, tapi saya
benar-benar penasaran dengan yang akan dilakukan mereka.
Lantas dengan sedikit tidak peduli mereka akan
tersinggung, saya melirik diam-diam, melebarkan kuping untuk sekadar mengetahui
obrolan apa yang mereka bicarakan ( Ya Tuhan maafkan saya nguping dengan cara norak
begini). Ternyata mereka sedang melakukan “Cupping Test” semacam sebuah metoda mencoba kopi yang memiliki SOP
yang lumayan ketat, saya pernah membaca sebuah tulisan arti pentingnya “Cupping test” ini untuk para
barista. Sebetulnya tujuanya sekadar membandingkan serta mempelajari aroma kopi
yang katanya berbeda-beda. Yang biasa melakukan ini adalah para profesional
kopi yang disebut “Master Tasters” dan yang lebih menarik ada standar dimana
para Cupper ini harus mengendus aroma kopi dalam-dalam kemudian menyeruputnya
dan menyebar cairan kopi ini hingga ke belakang lidah.
Perbincangan mereka dimulai dengan
obrolan tentang proyek di suatu daerah yang sedang mengembangkan komoditas
kopinya, saya berspekulasi kalo dua bapak-bapak itu seorang dosen, karena obrolan
mereka tidak jauh-jauh obrolan mengenai seputar kampus. Dan yang tiga adalah mereka
para barista yang memang bekerja atau malah pemilik kopi shop ini. Lagi-lagi ulasan
dahsyat tentang kopi jadi hidangan di meja siang menjelang sore itu.
“Masih ingat kalo kopi itu memiliki angka
81?” seorang barista bertanya pada barista satunya. Saya kebingungan setengah
mati tentang angka yang disebutkan barista tersebut. Lantas, saya broswing
diam-diam dan menemukan jawabannya (I love youh mbah google), ternyata memiliki
pengertian paduan gula enau yang sedikit gosong dan bubuk cocoa, dengan sedikit
aroma kulit jeruk sunkist, aroma ketumbar hijau, lada hitam, dan cabai kering,
dengan akhiran yang meningatkan kita dengan gurih pahitnya alpukat yang dekat
bagian kulitnya. Ah, saya gagal paham meski sudah menemukan jawabannya.
Tapi, apapun itu ada sedikit ilmu
yang bisa saya dapat meski dengan cara yang memang tidak benar ini :D , Oh
well, apapun itu , coffee is good. Coffee is great. I love coffee, coffee
equals excellence, happiness is coffee.. I love coffee cause coffee doesn't
hurt your feelings hehe..
Rabu, 11 September 2013
Saya diantara Mereka :)
Setelah ingatan ini, mungkin akan ada ingatan lain yang
semakin membuatku lebih ingin tahu. Tapi, apa itu menjamin kalo saya akan
percaya nantinya tentang orang-orang yang selalu datang memenuhi ingatanmu padanya.
Ya, Melamun memang bukan sesuatu yang kusukai. Tapi ketika
hari itu setelah pagi-pagi sekali seorang pria datang mengantarkan surat kabar
soal pemberitaan kotamu yang sebentar lagi akan berganti musim. Hari itu
seketika ingatanku hanya padamu yang membenci salju, kau bilang tidak tahu
harus bagaimana menghadapi soal cuaca. Sedang saya hanya bisa memberimu
ingatan-ingatan ketika salju datang seorang perempuan muda berambut pirang menyambutmu pulang memakai baju hangatnya, datang dan berkata “Aku akan selalu datang padamu setiap salju
turun, sedang aku akan kembali pulang padanya setelah musim panas datang”
Lantas, bagaimana nasib perempuan yang memiliki perbedaan
musim denganmu atau bahkan ketika jarak ikut dilibatkan. Suatu hari katanya dia
akan datang menemuimu,bukan ketika salju datang dan berakhir melainkan ketika summer datang.
Lantas saya ini siapa? Siapa? Tapi, kau mungkin akan selalu ingat
padaku ketika hari terakhirmu datang di kotaku bersamanya, kau mulai bisa
menggantungkan semua ingatanmu pada perempuan pirang itu. Lalu, dengan hangat
kau berkata pada perempuan disampingmu untuk menjaga hatinya padamu, sedang kau
kembali melucuti ingatanmu ketika pulang dan menanggalkan ingatanmu pada
perempuan yang belum menjadi masa lalumu bahkan ketika summer pun belum berakhir.
Ini bukan kisahku melainkan kisah diantara mereka :)
Minggu, 08 September 2013
Kali kedua di Kopi Shop
Kau yang mengajariku betapa setiap kehilangan bukan merawatku untuk semakin bertanya tentang hari setelah ini. Bahkan, ketika kau tak memberiku alasan untuk melakukan sebuah pertemuan kali kedua di kopi shop yang asing bagiku. Kota itu satu-satunya alasan mengapa saya hanya ingin mendengarmu saja, membagi setiap pertanyaan yang tak pernah mungkin terjawab. Lantas, saya terus bertanya padamu, mengapa membuat pertemuan di tempat keramaian sedang kau mengerti betapa saya membencinya.
Tak heran bila saya lebih nyaman berbincang denganmu saja. Meskipun kala itu pandanganmu menatap seorang barista yang sedang memepertunjukan keahliannya meracik kopi. Saya mulai melupakan hari dimana saya terluka, melupakan hari-hari dimana saya tak perlu lagi melibatkan soal menunggu atau cemas mengenai keberadaanmu. Kali ini, Saya mulai mengerti alasanmu menyederhanakan hidup, kau cukup menyanggupi urusan sabar, tak perlu repot membunuh waktu dengan usia yang sekadar angka. Bahkan ketika kalimat pertamamu yang tanpa ampun membuatku seperti manusia baru.
Apa kau merasa aku lecehkan saat aku memutuskan hidup yang selebihnya menggantung? Karena kerap kali melibatkanmu hanya membuatku semakin bersalah. Lantas berulang kali kau hanya disibukan tentang pertanyaan-pertanyaan yang semakin tanggal.
Lantas saya hanya memalingkan muka. Sedikit berdehem dan bilang kali ini saya hanya ingin duduk berdua denganmu saja, tanpa ada percakapan, sebab betapa kehilanganmu bahkan menjadikan saya seperti manusia baru yang tak mempunyai kesempatan untuk merasa kehilangan hari setelah ini, atau bahkan menit-menit yang hilang, seperti hari kemarin yang mengajari betapa kehilangan-kehilangan ini tak akan pernah lagi betul-betul menyakitkan.
Adalah hal mungkin perihal hari ini bukan sekadar menceritakan sebuah kisah masing-masing. Bahkan kau saja masih belum menyanggupi masalah kebahagian yang terkadang bisa kita buat sendiri saat berada di keramaian, Lantas saya bertanya kembali, apa benar persembunyian yang paling aman untuk menyembunyikan sebuah rahasia adalah di hadapan orang banyak? Kau menolak menjawab, memalingkan muka dan berkata “ Berhentilah menjadi seorang yang melankolis dan Mari membuat pertemuan di tempat yang membuatmu nyaman saja"
Selasa, 03 September 2013
Belajar Bijak dari Tulisan Paulo Coelho :)
Everything tells me that I am about to make a wrong decision, but making mistakes is just part of life. What does the world want of me? Does it want me to take no risks, to go back to where I came from because I didn't have the courage to say "yes" to life?”
That at a certain point in our lives, we lose control of what's happening to us, and our lives become controlled by fate. That's the world's greatest lie.
Yes, my mind was wandering. I wished I were there with someone who could bring peace to my heart someone with whom I could spend a little time without being afraid that i would lose him the next day.
With that reassurance, the time would pass more slowly. We could be silent for a while because we'd know we had the rest of our lives together for conversation. I wouldn't have to worry about serious matters, about difficult decisions and hard words.
Choosing a path means having to miss out on others :)
Senin, 19 Agustus 2013
Kapan kau datang Lagi (gerimis)
Saban hari kau bilang akan datang setelah senja menyapamu. Lantas, sembari menyeruput kopi
sampai setengah cangkir, kau belum datang juga. Kapan kau datang lagi
(gerimis)?
Lagi,
ingatan ini masih belum terlalu rapuh mendengar celotehmu yang merayuku. Menikmati hari bersama secangkir kopi hangat selama pagi, tapi sudah berapa hari ada yang janggal, kau (gerimis) belum juga datang. Semacam
sindrom rindu yang dibuat sendiri dan dikendalikan hati untuk menunggumu
(gerimis). Kapan kau datang lagi (gerimis)?
Haruskah menunggu selama ini. Lantas harus digantikan sebagai apa selama menunggumu (gerimis). Sedang aku membenci hujan lebat, aku hanya ingin
denganmu saja, ya denganmu saja itu sudah cukup.
Lalu,
kapan kau datang lagi (gerimis)? Menemuiku bersama cerita lama kita yang selalu
kita bicarakan. Aku rindu datangmu yang bisu, suara gemericikmu yang mendayu
lalu harumu yang membuat candu. Kalo kau tidak akan datang lagi (gerimis) kisah
ini akan tetap tanggal, karena hanya
padamu dan padamu (gerimis) aku mampu berkisah. Ah, ayolah temuilah aku sebentar saja, meski Semesta melarangmu, buatlah perjanjian denganNya, rayulah Ia dengan suaramu yang teduh itu, Semesta akan memaklumi.
Lalu, kapan kau datang lagi (gerimis)? berhentilah membuatku menunggu.
Langganan:
Postingan (Atom)