Senin, 16 November 2015

Untukmu yang kelak mengampuni

Tak perlu kau tanyakan lagi ketika harap-harap cemas saya ingin mengulang sebuah cerita yang sudah kau tanggalkan dulu. sedang hanya padamu saya kembali  memiliki kekuatan untuk berdamai pada hidup Yang terlanjur begini.

Sebab hanya pada kesunyian bahwa kau yang diam tidak pernah mengampuni. Begitulah caramu. Masih ingat, di pulau itu, satu-satunya kekuatan doa akan di dengar,  kedamaian jiwa serta senyuman tulus terukir pada guratan wajah-wajah manusia bermuka besi yang katanya suci bagai Dewa.

Berdamailah pada hidup yang begini, sebab waktu akan membunuhmu perlahan.

Terjamah. Hanya saja semestinya saya tidak pernah kembali. Menggulung cerita usang yang tak perlu repot kau dengar. Sebab sekonyong-konyong melibatkanmu yang tak pernah mengampuni serupa dengan berjalan di atas bumi ibu kemudian tak pernah dilihat dunia. Kepalang jatuh kemudian dengan diam mulai kembali mengampuni doa yang kau ucapkan. Doa dan wangi dupa yang setiap pagi saya rindukan. Kemudian terdengar saat menjelang sore suara kelintingan lonceng tetangga sebelah merayuku untuk kembali datang secepatnya.

Bergulat dengan keadaan. Begitulah hidup. Kadang saya selalu bermimpi kemudian lupa akan hidup pada hatinya yang dulu saya abaikan. Lalu  Saya sendiri baru menyadari tidak ada hal yang paling menyakitkan ketika harus mengulang kenangan kemudian merobeknya menjadi semacam sampah. Tidak ternilai atau bahkan seharusnya dicampakkan hingga Tujuh purnama sudah berlalu.  Kini doa itu mulai didengar. Terimah kasih Semesta yang sudi mengampuni kaum hawa yang dilahirkan dari janin suci ibu.

Rabu, 25 Desember 2013

(Review) Buku Penjaja Cerita Cinta By @Edi_akhiles


Judul : Penjaja Cerita Cinta
Penulis : @edi_akhiles
Penerbit : DIVA Press, Yogyakarta
Cetakan 1 : Desember 2013
Tebal : 192 halaman



Biografi Penulis :

@edi_akhiles yang punya nama asli Edi mulyono ini lahir di lalangon, Manding, Jawa Timur, 13 November 1977 silam. Ia sudah gila menulis cerpen sejak kecil dan punya nama pena Edi AH Iyubenu. Pak Bos Edi adalah sapaan banyak orang yang juga belum pernah bertemu dengannya, namun sudah akrab dengannya  karena seringnya ia mengobrol dengan banyak orang di dunia maya melalui akun Twitter pribadinya. Pak bos Edi mulai menulis Fiksi sejak tahun 1995 dan membutuhkan 700 cerpen untuk dimuat pertama kalinya pada tanggal 10 maret 1996 di harian kedaulatan Rakyat Jogja, dengan cerpen berjudul Den bagus, dan dapat honor Rp 35.000. Dan sejak saat itu pula ratusan cerpennya selalu dimuat di berbagai media massa, dari Horison, Kompas sampai Jurnal Ulmul Qur’an dan Koran-koran local lainnya. Sekarang Pak edi merupakan rector dari kampusFiksi yang merupakan wadah bagi penulis pemula yang ingin terjun menjadi seorang novelis, juga  CEO dari Penerbit ternama di Jogja yakni DivaPress.

Nah berikut saya akan mereview salah satu buku kumcer milik Pak Bos Edi yang berjudul “Penjaja Cerita Cinta”  Anda harus membaca sampai selesai setiap cerpen dalam buku ini! Jangan menyimpulkan apapun sebelum menuntaskannya. Ya, itu pesan dari Pak Bos Edi di dalam bukunya ini. 
Jumlah keseluruhan cerpen di dalam buku ini ada 16 cerpen yang sebagian dari kumpulan cerpen  pernah di publikasikan dalam Koran, blog, dan sebagian lagi belum.  Menurut Pak Edi sebagian cerpen-cerpen yang ditulisnya sebagian besar ditulisnya sambil ngopi , tertawa-tawa dan sebagian lagi dengan emosi yang terkuras-kuras. Baiklah, kita mulai.
 

* Penjaja cerita Cinta (Kesetiaan, Rindu, Perpisahan dan kenangan)*

Rumah yang kucari ini lebih tepat disebut kastil. Tak ada rumah lain disekitarnya. Ya, hanya sendiri berdiri dalam sepi. Debu-debu kering bisa beterbangan demikian berantakkannya meski hanya secuil angin yang melenguihnya. Pagarnya berdiri begitu congkak seolah berkata pada dunia, "Ada kehidupan paling rahasia di dalamnya, jangan ganggu ia atau kematian akan menyambarmu segera! (hal 9)


Aku selalu percaya janjimu untuk menjemputku saat senja di tepian teluk seperti dulu kamu pergi saat senja di tepian teluk.( hal 17)


Aku sudah lupa bagaimana rasanya lelah menunggu. Tapi aku selalu ingat tetang kamu yang berjanji akan datang kala senja yang selalu kutunggu. (hal 18)


Jika ada cerita yang mentertawakan rindu yang sangat menyayat hati pemiliknya, pastilah rindu yang dirasakan  itu belumlah sepekat rindu yang bersemayam di dalam hati senja. (hal 22)



Jika ada sesuatu yang bisa melekat sedemikian pepatnya hinggga tak ada seutas detik pun yang sanggup melepaskannya dari denyut jiwa manusia, pastilah itu sebuah kenangan. (hal 36)

Buku dengan tebal 192 halaman ini bercerita tentang cinta yang lumayan menguras tenaga dan pikiran saat membacanya (sedikit lebay) hehe. Tapi jujur, memang benar adanya. Kalo menurut saya sendiri yang masih awam dalam tulisan Fiksi, lumayan ikut masuk dalam konflik yang terjadi pada setiap cerita pendek yang disajikan (macam makanan) :P. Bab Pertama ini menceritakan seorang pria yang tengah mendatangi rumah seorang wanita paruh baya bernama Nyonya Srintil yang dibayar untuk menceritakan kisah cinta yang mampu mengguncang hatinya. 

“Panggil aku nyonya, ya, nyonya Srintil…”
“Nyonya Srintil…”
“Cukup Nyonya Sri…”

Diawali cerita tetang Kesetiaan, Rindu, Perpisahan, dan Kenangan. Yang bercerita seorang Gadis yang terobsesi pada Senja. Bercerita bagaimana gadis yang bernama Senja itu mencintai senja sekaligus membenci sebenci-bencinya. Sedikit masuk akal ketika kesetiaan,Perasaan  rindu, perpisahan bahkan kenangan membuat gadis yang bernama senja kehilangan kebahagiaan dalam hidupnya bahkan harus mengorbankan dirinya sendiri menunggu lelaki yang bermata senja yang tak pernah lagi datang. Meski tak logis, tapi begitulah kejamnya cinta. Mampu menghancurkan hidup manusia. Membaca bab pertama ini harap siapkan mental, emosi Anda akan dipermainkan si penulis, mulai dari perasaan sedih lalu ketawa cekikikan dan berakhir pada hal yang tak terduga pula.

* Love is Ketek*

Hati-hati ngomong sama cewek. Kesinggung dikit, yang pacaran bisa langsung putus, yang suami istri bisa langsung ditalak (eh gag gitu juga sih). Dari awal cerita sampai akhir jujur saya gag berhenti  mulai dari senyum-senyum, cekikikan  sampai ngakak sendirian di dalam kamar.

Love is Ketek, adalah kisah cewek bernama Parmini yang tersinggung sama cowoknya yang bilang di keteknya ada selembar bulu, kriting lagi, putih lagi trus dia nggamuk sampai bikin cowoknya galau. Buat cowok-cowok matilah kau dengan kemarahan seorang wanita!!! Hahaha

“Ah, cewek, cewek. Juara banget jorokin cowok ke sudut-sudut terjal ‘rasa bersalah”, untuk kemudian merasa senang bahagia, lalu punya senjata untuk di kemudian hari kembali mengangkat masalah lama, yang intinya adalah untuk “kemenangan dia”. (hal 51)

* Cinta Yang Tak Berkata-Kata* 

Gila.. Gilaaa.. Gilaaaaaaaa!!!!!! Cerita tentang Cinta yang tak berkata-kata ini jadi favorit saya. Mungkin jadi favorit cewek di seantereo dunia kalo baca cerpen ini. Bercerita tentang seorang wanita yang memiliki kekasih seorang penyair. Ia selalu dikirimi puisi-puisi cinta oleh kekasihnya, padahal bukan itu yang ia ingini. 

Wanita butuh cinta yang nyata, bukan hanya sekadar kata-kata. Tapi di ending cerita ini betul-betul tidak terduga. Ya, kalo emang terjadi semoga saja Jazz, Villa dan Desainer  yang dijanjikan bukan termasuk ke dalam salah satu isi puisi sang penyair muda ntuh.. *pretttt banget kalo gitu* hehehe

*Dijual Murah Surga Seisinya*

Duh…, habis baca cerpen satu ini jadi inget dosa. Berasa gag pantas surga Allah kita kalikan dengan kebaikan-kebaikan kecil dan mungkin tidak ada harganya dengan harta yang kita punya di dunia ini. Maha besar Allah.

*Menggambar Tubuh Mama*

Seseorang bercambang belukar, berwajah besi karat, dan bersuara halilintar menebaskan pedangnya ke leher Mama. Kaki yang telah basah oleh air kencing yang jatuh tanpa terasa itu kini memerah terciprat darah segar yang tersebar dari pangkal kepala mama.(hal 73)

Di paraggraf pertama  saja mungkin pembaca akan berkesimpulan yang sama dengan saya sejak awal membacanya. Ini kisah tentang pembunuhan. Tapi ternyata salah besar! Membaca kisah ini siap-siap dikecoh setengah mampus apalagi baca endingnya ckckckckck

*Secangkir Kopi Untuk Tuhan*

Baca cerita satu ini bener-bener merinding. Kepergian seorang Simoncelli jadi mengingatkan saya ketika kejadian itu saya bersama teman-teman sedang meliput seorang artis yang juga fans berat Simoncelli. Tiba-tiba sang artis bengong seketika membaca sebuah pesan BBM waktu lagi saya wawancara.

“Mbak , Simoncelli meninggal!” katanya pada saya.
“Innalilahi, saudara atau siapanya Anda Simoncelli itu?" tanya saya saat melihat si artis yang keliahatan murung.

lantas, kameramen yang bersama saya ketika itu menyundul kepala saya. “Dasar oon, itu kan pembalap terkenal,” saya jadi merasa tolol ,setolol-tololnya….. (maaf malah curcol) tapi jujur saya ikut berduka.

*Tak Tunggu Balimu*

Butuh sedikit mikir ketika baca cerpen satu ini. Kelihatan baget kalo yang nulisnya emang orang pinter (bukan dukun lho yahhh….). Kalo bagi saya agag sedikit berat hehe. Tapi saya selalu suka cerita yang disuguhkan penulis adalah dari hal yang sederhana, termasuk si ‘dangdut koplo’ ini. Hal kecil bisa jadi besar dan punya makna yang luar biasa..Jempolllll !!!! 

* Cinta Cantik*

Cerita cinta komedi  anak muda yang bener-bener fresh kaya jus buah hehe .. tapi saya suka, ceritanya ringan, kocak namun mendidik. Hmm.. kalo boleh saya sok tahu disini perlu ditekankan kalo cinta sama orang cantik itu mahal. Nah buat cowok-cowok yang mau deketin cewek cantik yang katanya kulitnya mulusssss sampai kalo ada lalat ajah kepleset harus siap-siap banyak pengorbanan yahhhh…. :P

* Tamparan Tuhan*

“Saat kau tampar aku, sesungguhnya kau tengah menampar dirimu sendiri. Saat kau katai aku ‘tahi’, sebenarnya kau sedang memborehkan tahi ke wajahmu sendiri. Saat kau banting aku layaknya sampah yang maha menjijikan, sesungguhnya kau tengah membanting dirimu sendiri dan menghargainya tidak lebih bernilai sari sampah! Semua yang kau lakukan padaku dan yang lainnya, sesungguhnya adalah segala apa yang kau lakukan pada dirimu sendiri.” (hal 117..)

Dari petikan tulisan diatas, sudah pasti cerpen satu ini lebih kepada perenungan diri  yang meminta kita untuk bercermin dahulu sebelum berbuat tidak baik kepada siapapun…

* Abah, I Love You *

“Abah, kendati aku memang tak pernah bilang “sayang, cinta dan bangga padamu”, tetapi sepenuh hatiku amat sayang padamu, cinta padamu, dan bangga padamu…. (hal 132)

Memang benar adanya, Lelaki hebat terlahir dari didikan seorang ayah yang jauh lebih hebat! 

*Cerita Sebuah Kemaluan* 

Hah… apaan ni!! Awalnya baca ini agag mepet-mpetan..” kok ngomongin kemaluan sih???” eitsss baca dulu sampai habis, baru kau akan tahu maksud dari semuanya.  Ceritanya ringan dan jadi sedikit mikir jangan-jangan kalo dua lelaki sedang mengobrol, ya gag jauh-jauh ngobrolin tentang si anu hehe. Tapi, justru berawal dari situ pula bisa tahu maksud Tuhan memberi satu kemaluan pada manusia.. cerdasssssss…..

“Andai masing-masing kita punya dua kemaluan, pastilah kita akan entengan untuk tidak menjaga malu kita. Sebab kalaupun satu kemaluan itu terkuak malunya, masih ada serep satu lagi kan?” (hal 140)

*Munyuk & Lengking Hati Seorang Ibu yang ditinggal Mati Anaknya (in memoriam Lik adnan)*

Siapkan tissue untuk baca dua cerita ini. Munyuk mengisahkan kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Hinaan bahkan sumpah serapah yang membuat  kita sebagai seorang wanita akan ikut terbawa emosi saat membacanya.

“Munyuk ajah kalau dilipstiki masih lebih cantik dan membuatku bergairah ketimbang kamu!” (hal 141)
Sungguh ba**ngan lelaki yang menjadi suaminnya ini  (Duh….maaf ikut kebawa emosi kannn....) 

Dan lengkingan hati Seorang Ibu yang ditinggal mati Anaknya membuat kita sebagai anak sadar, betapa cinta kasih ibu tak bisa dibayarkan oleh apapun di dunia ini. Bahkan dengan nyawa sang anak sekalipun.

“Hei manusia, dengarkan! Mengapa Tuhan menandaskan bahwa surga di bawah telapak kaki ibu? Sebab hanya ibulah yang bisa mencintai dengan sepenuh hidupnya, jiwanya, bukan anak! Sebab hanya ibulah yang mampu merasa kehilangan jika ditinggal pergi anaknya! Sebab hanya ibulah yang mampu memberi maaf atas semua kedurhakaan anaknya! Sebab hanya ibulah yang punya hati seluas samudra untuk semua kebahagiaan anaknya, meski menyakiti hatinya!” (hal 156) Ibuuuuuuuuuuuuuuuuuu :(((((((


*Aku Bukan Batu*

Sungguh aku tidak sudi ditiaadakan pada suatu masa, egoku dilumatkan begitu saja tanpa bekas. Tolonglah Tuhan, jangan perlakukan aku seperti batu, sebab aku bukanlah batu yang tak berperasaan, tak berego, tak bercinta! (hal 156) 

Ini cerita lebih kepada perenungan diri. Siap-siap terdiam saat membacanya.

*Si X, SI X, AND GOD*

Ini cerpen penutup yang super sekali. Cantik dan begitu indah endingnya. Tidak ada narasi, keseluruhannya dialog. Baru kali ini saya baca cerpen semacam ini. Awalnya saya pikir membosankan karena tidak ada kata-kata indah yang biasa disuguhkan pak Edi di setiap cerita pendeknya. Ternyata saya salah. Kerennnnn ini saya sukak bangetttttt, dan malahan saya pengen nyoba bikin cerpen macam ini…. 

Di ending kumcernya Pak Edi memberikan bonus: Hindari ‘Dosa-Dosa Preett” ini dalam menulis. Wow, berguna banget untuk para penulis pemula seperti saya ini. Kesimpulannya, saya suka cerita keseluruhan yang disajikan penulis. Semuanya punya rasa berbeda kaya permen nano-nano. Banyak menemukan kata-kata indah dalam setiap cerpennya. Dan yang paling penting adalah di setiap cerpen punya arti dan pesan tersendiri, disungguhkan dalam cerita yang lagi-lagi saya bilang nano-nano dan gag ada satupun cerita yang membosankan. Saya selalu ingin membuka lembar demi lembar dari cerpen ini sampai-sampai kebablasan waktu. :)))))

Nah, kalo kekurangannya sendiri. Saya agag terganggu dengan warna cover dan designnya :( , sayang bangettt padahal semua kisah-kisah di dalamnya sangat inspiratif dan luar biasa kerennya. Dan, tiap buka Judul Babnya kalo saya pikir terlalu rame dengan Lay-outnya yang bergambar kaki seorang pria tengah berjalan, ada gedung-gedung dan mobil-mobil berjejer. Saya jadi kaya baca komik :((( sangat disayangkan. tapi apapun itu Over all semua ceritanya saya sukakkkkkkkk, keren dan gag kecewa baca sampai tuntas dan akan saya baca ulang lagi nanti pastinya ;)))))))) 

Senin, 25 November 2013

Menguping perbincangan komunitas Cupper



          


                     Hujan serasa mengutukku begini  pada bulan menuju akhir tahun yang selalu basah.  Saya bangun terlalu siang hari ini, belum ada rencana, meski saya selalu gagal paham tentang kalimat “Hari senin yang selalu sibuk” katanya, itu kalimat wajib manusia yang hidup di seantareo Dunia (Rezzz). Lain bagi saya, senin adalah waktunya leyeh-leyeh (gag tau ini bahasa apaan). Seorang teman mengabari tentang kopi shop kecil di tengah kota. Ia bilang, kopi shop ini belum lama berdiri, sekitar kurang dari satu tahun. Tempatnya cukup nyaman untuk sekadar berlama-lama ngopi sambil Wifi-an, dan yang lebih menarik adalah pengunjung yang datang biasanya komunitas penggila kopi yang biasa melakukan “cupping” bukan para pelajar yang biasanya cari ribut di kopi shop (Ngobrol berisik gag berbobot sambil ketawa macam orang stress :I ) Ah, ini yang saya cari.
            Lantas, saya langsung tancap gas menuju kopi shop itu, dan kebetulan lokasinya tidak begitu jauh dari tempat tinggal saya. Tiba di lokasi, kopi shop ini memang kecil, meja yang disediakan tidak cukup banyak untuk menampung sekitar lebih dari 30 orang. Saya duduk pada meja di samping rak-rak buku yang ditata rapih. Lantas, saya menanyakan kepada seorang barista “Apa buku ini boleh dibaca?” sang barista dengan ramah menjawab “Boleh dong, asal jangan dibawa pulang mbak.” J
            Saya selalu setia dengan latte dan tentu kopi yang wajib dipesan saat berkunjung ke kopi shop, ya sudah pasti, harus, kudu, wajib “LATTE”. Menu kopi nusantara yang disediakan menurut  saya cukup banyak untuk sekelas kopi shop yang baru berdiri. Kopi shop ini bukan abal-abal, mereka (barista) tahu betul tentang sejarah kopi-kopi nusantara, bahkan saat saya yang memang sedikit cerewet kalo ngobrolin kopi bertanya kepada seorang barista “Apa sama alat kopi yang disediakan di sini dengan kopi shop yang punya merk? Barista itu menjawab dengan lugas “Kami gag pake alat mbak, disini diracik tradisional, mulai dari alat penggiling kopi sampai susu pun dimasak langsung.” My GOD saya gag bisa berkata-kata, banyak pertanyaan yang memenuhi ruang otak saya. “Bagaimana bisa kopi seenak ini dimasak secara tradisional??????? Tangan mereka (barista) memang ajaib sepertinya.
            Saya masih penasaran dan penasaran, mau banyak bertanya tapi tidak enak sama si mas barista yang sedang sibuk menggiling kopi dengan alat-alat yang memang benar masih tradisional. Kurang dari satu jam ada pengunjung yang datang, jumlah mereka dua orang. Bapak-bapak nyentrik yang membawa tas laptop di tangannya. Sang barista hanya sekadar tersenyum tanpa membawakan menu. Lalu, ke dua bapak-bapak itu duduk tepat di hadapan meja (dapur) barista meracik kopi. Ada tiga barista yang bertugas, dua orang laki-laki dan satu perempuan, sedang bapak-bapak di depanya itu masih duduk membuka masing-masing laptopnya. Ke tiga barista ikut bergabung membawakan cangkir-cangkir kecil yang berisi kopi-kopi hitam. Saya ingin melirik tapi takut tidak sopan, tapi saya benar-benar penasaran dengan yang akan dilakukan mereka.
 Lantas dengan sedikit tidak peduli mereka akan tersinggung, saya melirik diam-diam, melebarkan kuping untuk sekadar mengetahui obrolan apa yang mereka bicarakan ( Ya Tuhan maafkan saya nguping dengan cara norak begini). Ternyata mereka sedang melakukan “Cupping Test” semacam  sebuah metoda mencoba kopi yang memiliki SOP yang lumayan ketat, saya pernah membaca sebuah tulisan arti  pentingnya “Cupping test” ini untuk para barista. Sebetulnya tujuanya sekadar membandingkan serta mempelajari aroma kopi yang katanya berbeda-beda. Yang biasa melakukan ini adalah para profesional kopi yang disebut “Master Tasters” dan yang lebih menarik ada standar dimana para Cupper ini harus mengendus aroma kopi dalam-dalam kemudian menyeruputnya dan menyebar cairan kopi ini hingga ke belakang lidah.
            Perbincangan mereka dimulai dengan obrolan tentang proyek di suatu daerah yang sedang mengembangkan komoditas kopinya, saya berspekulasi kalo dua bapak-bapak itu seorang dosen, karena obrolan mereka tidak jauh-jauh obrolan mengenai seputar kampus. Dan yang tiga adalah mereka para barista yang memang bekerja atau malah pemilik kopi shop ini. Lagi-lagi ulasan dahsyat tentang kopi jadi hidangan di meja siang menjelang sore itu.
            “Masih ingat kalo kopi itu memiliki angka 81?” seorang barista bertanya pada barista satunya. Saya kebingungan setengah mati tentang angka yang disebutkan barista tersebut. Lantas, saya broswing diam-diam dan menemukan jawabannya (I love youh mbah google), ternyata memiliki pengertian paduan gula enau yang sedikit gosong dan bubuk cocoa, dengan sedikit aroma kulit jeruk sunkist, aroma ketumbar hijau, lada hitam, dan cabai kering, dengan akhiran yang meningatkan kita dengan gurih pahitnya alpukat yang dekat bagian kulitnya. Ah, saya gagal paham meski sudah menemukan jawabannya.
            Tapi, apapun itu ada sedikit ilmu yang bisa saya dapat meski dengan cara yang memang tidak benar ini :D , Oh well, apapun itu , coffee is good. Coffee is great. I love coffee, coffee equals excellence, happiness is coffee.. I love coffee cause coffee doesn't hurt your feelings hehe..

Rabu, 11 September 2013

Saya diantara Mereka :)




Setelah ingatan ini, mungkin akan ada ingatan lain yang semakin membuatku lebih ingin tahu. Tapi, apa itu menjamin kalo saya akan percaya nantinya tentang orang-orang yang selalu datang  memenuhi ingatanmu padanya.


Ya, Melamun memang bukan sesuatu yang kusukai. Tapi ketika hari itu setelah pagi-pagi sekali seorang pria datang mengantarkan surat kabar soal pemberitaan kotamu yang sebentar lagi akan berganti musim. Hari itu seketika ingatanku hanya padamu yang membenci salju, kau bilang tidak tahu harus bagaimana menghadapi soal cuaca. Sedang saya hanya bisa memberimu ingatan-ingatan ketika salju datang seorang perempuan muda berambut pirang menyambutmu pulang memakai  baju hangatnya, datang dan berkata “Aku akan selalu datang padamu setiap salju turun, sedang aku akan kembali pulang padanya setelah musim panas datang”


Lantas, bagaimana nasib perempuan yang memiliki perbedaan musim denganmu atau bahkan ketika jarak ikut dilibatkan. Suatu hari katanya dia akan datang menemuimu,bukan ketika salju datang dan berakhir melainkan ketika summer datang.

Lantas saya ini siapa? Siapa? Tapi, kau mungkin akan selalu ingat padaku ketika hari terakhirmu datang di kotaku bersamanya, kau mulai bisa menggantungkan semua ingatanmu pada perempuan pirang itu. Lalu, dengan hangat kau berkata pada perempuan disampingmu untuk menjaga hatinya padamu, sedang kau kembali melucuti ingatanmu ketika pulang dan menanggalkan ingatanmu pada perempuan yang belum menjadi masa lalumu bahkan ketika summer pun belum berakhir. 

Ini bukan kisahku melainkan kisah diantara mereka :)

Minggu, 08 September 2013

Kali kedua di Kopi Shop





Kau yang mengajariku betapa setiap kehilangan bukan merawatku untuk semakin bertanya tentang hari setelah ini. Bahkan, ketika kau tak memberiku alasan untuk melakukan sebuah pertemuan kali kedua di kopi shop yang asing bagiku. Kota itu satu-satunya alasan mengapa saya hanya ingin mendengarmu saja, membagi setiap pertanyaan yang tak pernah mungkin terjawab. Lantas, saya terus bertanya padamu, mengapa membuat pertemuan di tempat keramaian sedang kau mengerti betapa saya membencinya.

Tak heran bila saya lebih nyaman berbincang denganmu saja. Meskipun kala itu pandanganmu menatap seorang barista yang sedang memepertunjukan keahliannya meracik kopi. Saya mulai melupakan hari dimana saya terluka, melupakan hari-hari dimana saya tak perlu lagi melibatkan soal menunggu atau cemas mengenai keberadaanmu. Kali ini, Saya mulai mengerti alasanmu menyederhanakan hidup, kau cukup menyanggupi urusan sabar, tak perlu repot membunuh waktu dengan usia yang sekadar angka. Bahkan ketika kalimat pertamamu yang tanpa ampun membuatku seperti manusia baru. 

Apa kau merasa aku lecehkan saat aku memutuskan hidup yang selebihnya menggantung? Karena kerap kali melibatkanmu hanya membuatku semakin bersalah. Lantas berulang kali kau hanya disibukan tentang pertanyaan-pertanyaan yang semakin tanggal. 

Lantas saya hanya memalingkan muka. Sedikit berdehem dan bilang kali ini saya hanya ingin duduk berdua denganmu saja, tanpa ada percakapan, sebab betapa kehilanganmu bahkan menjadikan saya seperti manusia baru yang tak mempunyai kesempatan untuk merasa kehilangan hari setelah ini, atau bahkan menit-menit yang hilang, seperti hari kemarin yang mengajari betapa kehilangan-kehilangan ini tak akan pernah lagi betul-betul menyakitkan.
Adalah hal mungkin perihal hari ini bukan sekadar menceritakan sebuah kisah masing-masing. Bahkan kau saja masih belum menyanggupi masalah kebahagian yang terkadang bisa kita buat sendiri saat berada di keramaian, Lantas saya bertanya kembali, apa benar persembunyian yang paling aman untuk menyembunyikan sebuah rahasia adalah di hadapan orang banyak?  Kau menolak menjawab, memalingkan muka dan berkata “ Berhentilah menjadi seorang yang  melankolis dan Mari membuat pertemuan di tempat yang membuatmu nyaman saja" 

Selasa, 03 September 2013

Belajar Bijak dari Tulisan Paulo Coelho :)



Everything tells me that I am about to make a wrong decision, but making mistakes is just part of life. What does the world want of me? Does it want me to take no risks, to go back to where I came from because I didn't have the courage to say "yes" to life?”

That at a certain point in our lives, we lose control of what's happening to us, and our lives become controlled by fate. That's the world's greatest lie.

Yes, my mind was wandering. I wished I were there with someone who could bring peace to my heart someone with whom I could spend a little time without being afraid that i would lose him the next day.

With that reassurance, the time would pass more slowly. We could be silent for a while because we'd know we had the rest of our lives together for conversation. I wouldn't have to worry about serious matters, about difficult decisions and hard words.

Choosing a path means having to miss out on others :)

Senin, 19 Agustus 2013

Kapan kau datang Lagi (gerimis)




Saban hari kau bilang akan datang setelah senja menyapamu. Lantas, sembari menyeruput kopi sampai setengah cangkir, kau belum datang juga. Kapan kau datang lagi (gerimis)?

Lagi, ingatan ini masih belum terlalu rapuh mendengar celotehmu yang merayuku. Menikmati hari bersama secangkir kopi  hangat selama pagi, tapi sudah berapa hari ada yang janggal, kau (gerimis) belum juga datang.  Semacam sindrom rindu yang dibuat sendiri dan dikendalikan hati untuk menunggumu (gerimis).  Kapan kau datang lagi (gerimis)? Haruskah menunggu selama ini. Lantas harus digantikan sebagai apa selama menunggumu (gerimis). Sedang aku membenci hujan lebat, aku hanya ingin denganmu saja, ya denganmu saja itu sudah cukup.

Lalu, kapan kau datang lagi (gerimis)? Menemuiku bersama cerita lama kita yang selalu kita bicarakan. Aku rindu datangmu yang bisu, suara gemericikmu yang mendayu lalu harumu yang membuat candu. Kalo kau tidak akan datang lagi (gerimis) kisah ini akan tetap tanggal,  karena hanya padamu dan padamu (gerimis) aku mampu berkisah. Ah, ayolah temuilah aku sebentar saja, meski Semesta melarangmu, buatlah perjanjian denganNya, rayulah Ia dengan suaramu yang teduh itu, Semesta akan memaklumi.

Lalu, kapan kau datang lagi (gerimis)? berhentilah membuatku menunggu.