Lantas, saya langsung tancap gas
menuju kopi shop itu, dan kebetulan lokasinya tidak begitu jauh dari tempat
tinggal saya. Tiba di lokasi, kopi shop ini memang kecil, meja yang disediakan
tidak cukup banyak untuk menampung sekitar lebih dari 30 orang. Saya duduk pada
meja di samping rak-rak buku yang ditata rapih. Lantas, saya menanyakan kepada
seorang barista “Apa buku ini boleh dibaca?” sang barista dengan ramah menjawab
“Boleh dong, asal jangan dibawa pulang mbak.” J
Saya selalu setia dengan latte dan
tentu kopi yang wajib dipesan saat berkunjung ke kopi shop, ya sudah pasti,
harus, kudu, wajib “LATTE”. Menu kopi nusantara yang disediakan menurut saya cukup banyak untuk sekelas kopi shop yang
baru berdiri. Kopi shop ini bukan abal-abal, mereka (barista) tahu betul
tentang sejarah kopi-kopi nusantara, bahkan saat saya yang memang sedikit
cerewet kalo ngobrolin kopi bertanya kepada seorang barista “Apa sama alat kopi
yang disediakan di sini dengan kopi shop yang punya merk? Barista itu menjawab
dengan lugas “Kami gag pake alat mbak, disini diracik tradisional, mulai dari
alat penggiling kopi sampai susu pun dimasak langsung.” My GOD saya gag bisa
berkata-kata, banyak pertanyaan yang memenuhi ruang otak saya. “Bagaimana bisa
kopi seenak ini dimasak secara tradisional??????? Tangan mereka (barista)
memang ajaib sepertinya.
Saya masih penasaran dan penasaran,
mau banyak bertanya tapi tidak enak sama si mas barista yang sedang sibuk menggiling
kopi dengan alat-alat yang memang benar masih tradisional. Kurang dari satu jam
ada pengunjung yang datang, jumlah mereka dua orang. Bapak-bapak nyentrik yang
membawa tas laptop di tangannya. Sang barista hanya sekadar tersenyum tanpa
membawakan menu. Lalu, ke dua bapak-bapak itu duduk tepat di hadapan meja (dapur)
barista meracik kopi. Ada tiga barista yang bertugas, dua orang laki-laki dan
satu perempuan, sedang bapak-bapak di depanya itu masih duduk membuka masing-masing
laptopnya. Ke tiga barista ikut bergabung membawakan cangkir-cangkir kecil yang
berisi kopi-kopi hitam. Saya ingin melirik tapi takut tidak sopan, tapi saya
benar-benar penasaran dengan yang akan dilakukan mereka.
Lantas dengan sedikit tidak peduli mereka akan
tersinggung, saya melirik diam-diam, melebarkan kuping untuk sekadar mengetahui
obrolan apa yang mereka bicarakan ( Ya Tuhan maafkan saya nguping dengan cara norak
begini). Ternyata mereka sedang melakukan “Cupping Test” semacam sebuah metoda mencoba kopi yang memiliki SOP
yang lumayan ketat, saya pernah membaca sebuah tulisan arti pentingnya “Cupping test” ini untuk para
barista. Sebetulnya tujuanya sekadar membandingkan serta mempelajari aroma kopi
yang katanya berbeda-beda. Yang biasa melakukan ini adalah para profesional
kopi yang disebut “Master Tasters” dan yang lebih menarik ada standar dimana
para Cupper ini harus mengendus aroma kopi dalam-dalam kemudian menyeruputnya
dan menyebar cairan kopi ini hingga ke belakang lidah.
Perbincangan mereka dimulai dengan
obrolan tentang proyek di suatu daerah yang sedang mengembangkan komoditas
kopinya, saya berspekulasi kalo dua bapak-bapak itu seorang dosen, karena obrolan
mereka tidak jauh-jauh obrolan mengenai seputar kampus. Dan yang tiga adalah mereka
para barista yang memang bekerja atau malah pemilik kopi shop ini. Lagi-lagi ulasan
dahsyat tentang kopi jadi hidangan di meja siang menjelang sore itu.
“Masih ingat kalo kopi itu memiliki angka
81?” seorang barista bertanya pada barista satunya. Saya kebingungan setengah
mati tentang angka yang disebutkan barista tersebut. Lantas, saya broswing
diam-diam dan menemukan jawabannya (I love youh mbah google), ternyata memiliki
pengertian paduan gula enau yang sedikit gosong dan bubuk cocoa, dengan sedikit
aroma kulit jeruk sunkist, aroma ketumbar hijau, lada hitam, dan cabai kering,
dengan akhiran yang meningatkan kita dengan gurih pahitnya alpukat yang dekat
bagian kulitnya. Ah, saya gagal paham meski sudah menemukan jawabannya.
Tapi, apapun itu ada sedikit ilmu
yang bisa saya dapat meski dengan cara yang memang tidak benar ini :D , Oh
well, apapun itu , coffee is good. Coffee is great. I love coffee, coffee
equals excellence, happiness is coffee.. I love coffee cause coffee doesn't
hurt your feelings hehe..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar