Selasa, 02 April 2013

cerita tentang sebuah pesan yang ingin kukirim...


Mungkin terlalu klasik bagimu ketika aku mengirimu sebuah pesan ini. Namun, kukira seorang yang melankolis sepertimu adalah wajar ketika seorang kekasih atau teman mengirimu sebuh pesan. Akan kucoba mengingatkanmu sedikit tentang aku yang selalu menatapmu seperti awan yang basah karena gerimis..lalu seketika kau mengering oleh tiupan angin yang menawarkannya... aku tahu saat itu kau tersenyum bahkan tertawa lepas mencoba membisikan satu demi satu kisahmu yang memilu... Aku hanya perlu menjadi angin lalu sesaat dunia menjadi tak ada.  Sehingga, aku tak perlu memikirkan bagaimana cara untuk bertahan hidup atau juga menghindar dari kematian. Yang kujalani adalah bagaimana aku terus bisa bersamamu melihat dunia... lalu  berubah menjadi tinta yang bisa  melukismu menjadi pelangi atau bahkan senja yang kulukis menjadi jingga. Tapi... di luar kuasaku kau malah berubah menjadi sebuah jiwa  yang ingin bebas dan menari-menari tanpa mau mengikuti arah angin yang biasa membawamu pergi  atau bahkan  kau malah menhindar saat  gerimis mencarimu.  Dan kau dengan sisa tenagamu mencari tahu sendiri bagaimana cela senja merubah warnanya menjadi jingga...

Aku hanya perlu tahu atau kalo perlu memohon tataplah aku dengan cara yang berbeda, bukan tatapan ketika kau menatap orang pada umumnya. Meski aku mengerti cinta sejati bisa menunggu.. tapi cinta itu bisa memudar  tanpa pengecualian dan tanpa harus ada alasan. Bagaimana aku bisa segila ini. padamu, pada waktu yang selalu mempermainkan kita. Mungkin ini sedikit konyol. Tapi mungkin aku sudah gila sampai pada akhirnya... Apa perlu aku bahagia atau tak peduli ketika  melihatmu menghabiskan sisa setiap malam akhir pekan sendirian atau ketika kau ingin berbagi kegembiraan sedang di hadapanmu hanya sebuah meja kerja, laptop dan secangkir kopi.  Aku tahu kau akan baik-baik saja..sedang aku sebaliknya. 


Selasa, 26 Maret 2013

Kopi pagi yang disela sedikit kenangan....

Saya baru tiba di kota ini beberapa jam yang lalu.setelah hampir delapan jam lamanya di dalam kereta. Masih Pagi memang ,sekitar pukul enam. saya masih harus menunggu dua jam lamanya demi  seorang sahabat saya yang memang menetap di Bandung Berjanji menjemput kedatangan saya pagi ini. kedai kopi di seberang stasiun itu masih tutup. Lantas saya menanyakan kepada seorang pekerja di stasiun kedai kopi terdekat. Kekhuatiran saya muncul ketika seorang petugas menunjukan sebuah kopi shop 24 jam yang jaraknya sekitar 100 meter dari stasiun. saya mulai cemas, bila saja tak ada kenangan di tempat itu mungkin saya tak akan pernah bertanya letak kopi shop terdekat. sepertinya saya akan mencoba berspekulasi tapi entah dengan siapa? dengan keadaan atau cuaca pagi ini yang benar-benar seperti mesin pembunuh. baiklah, saya mengalah daripada tubuh saya jatuh sakit karena menggigil apalagi kalo sampai semua urusan saya berantakan hari ini.


Kopi shop itu masih sepi, Saya memesan Latte hangat  duduk di meja pertama meletakan semua barang beserta laptop yang saya bawa. semua barang-barang saya letakan di samping kursi. sedang saya tetap pada posisi duduk mengambil sebuah catatan yang pernah saya tulis, dalam sebuah buku yang masih saya baca ada sebuah kutipan “Bayangan adalah sisi gelap kita, yang mendikte bagaimana kita seharusnya berlaku dan bertindak. Ketika kita mencoba membebaskan diri, kita menyalakan sebuah lampu di dalam diri kita, dan kita melihat jejaring laba-laba, sifat pengecut, kekejaman., dan biasanya dia berhasil, dan kita berlari kembali pada siapa kita sebelum kita mulai merasa ragu. Namun demikian, beberapa orang berhasil bertahan menghadapi pertemuan dengan jaring laba-laba mereka sendiri, dan berkata, “Ya, aku punya beberapa kesalahan, tapi aku baik-baik saja, dan aku ingin melanjutkan. Pada tahap ini, bayangan menghilang dan kita bersentuhan dengan Soul-jiwa.

Kopi Latte pesanan saya tiba lima menit kemudian. Saya membunuh waktu dengan sedikit beragumen, pengunjung kopi shop ini  para pekerja kantoran yang entah mungkin  terlalu pagi tiba di kantor dan sebagian lagi sepertinya para mahasiswa yang mencari tongkrongan sebelum jam kuliah.  

Kenangan itu tidak juga singkat,sedang saya hanya perlu duduk dan menikmati kopi Latte atau mungkin sesekali membuka email yang masuk sambil memakan beberapa biskuit. Tapi ingatan itu selalu datang setelahnya. Lelaki itu duduk di bangku nomer dua masih  menunggu dan  membunuh waktu bersama koran dan berita lokal pagi itu. Sebab bagaimana tidak ,ketika garis wajahnya masih sangat tersimpan rapi dalam memori. Menurutmu saya harus bagaimana?

satu jam berlalu. Lili menelpon saya menanyakan dimana ia harus menjemput saya, sementara saya masih merapikan barang-barang, saya berkata “jemputlah saya di depan stasiun sekitar satu jam lagi” dan seorang pria masuk stelahnya duduk di bangku nomer dua..  

Bandung 2013.....

Senin, 12 November 2012

*Museum Benteng Vredeburg: Menjelajahi Yogyakarta Masa Lampau




NAMA Yogyakarta sudah begitu mendunia; sebagai kota wisata dan budaya. Banyak hal yang bisa dieksplorasi di salah satu daerah istimewa yang ada di Indonesia tersebut. Salah satunya adalah daya tarik sejarah, yang dikemas dan diceritakan lengkap oleh Museum Benteng Vrederburg.
Museum ini mengajak pengunjung bertamasya ke masa lalu, untuk menyaksikan sendiri bagaimana para pejuang kita mempertahankan kedaulatan negeri ini dari rongrongan Belanda. Museum Benteng Vredeburg dulunya adalah sebuah benteng yang didirikan pada masa kolonial Belanda atau VOC. Benteng ini didirikan untuk menahan serangan Kraton Yogyakarta pada Tahun 1765.
Begitu anda memasuki gerbang Museum ini, anda akan disambut tulisan “Vredeburg” yang tertempel di tembok. Di tempat itulah Anda bisa membeli tiket masuk yang murah meriah, hanya Rp 2.000 saja. Tapi, jangan salah. Kendati tiketnya murah, suguhan di dalam museum itu tidak murahan. Artefak-artefak sejarah di dalamnya masih terawat dengan baik.
Bangunan ini dipugar masih sesuai dengan bentuk aslinya. Mungkin hanya beberapa polesan cat yang disematkan di bangunan itu untuk mengusir kesan kusam. Ada beberapa gedung yang dipisah. Arsitekturnya begitu detail, kokoh, dan apik. Toiletnya pun didesain layaknya bangunan asli belanda.
Saat memasuki gedung pameran, anda akan disuguhkan lagu-lagu perjuangan yang seolah memancing memori kita tentang semangat juang pada masa itu. Di dalam ruang itu ada beberapa aquarium kaca, yang di dalamnya terdapat artefak-artefak dan miniatur pejuang yang tidak gentar membela bangsa ini.
Suasana di dalamnya begitu hening, meski banyak pengunjung yang datang. Para wisatawan seperti menikmati diorama ketegangan di masa itu. Di dalam aquarium kaca itu ada yang menampilkan miniatur para pahlawan yang gugur saat berjuang. Seolah pengunjung diajak untuk berbagi perasaan tentang apa yang terjadi di saat itu.
Selain benda-benda bersejarah, ada juga foto-foto serta lukisan yang menceritakan tentang perjuangan nasional sejak masa merintis, mencapai, dan mempertahankan kemerdekann Indonesia. Fasilitas di dalam museum benteng ini meliputi perpustakaan, ruang pertunjukan, ruang seminar, audio visual, hotspot gratis, musala, dan toilet yang bersih.
Museum buka pada hari Selasa-Jumat pukul 08.00-16.00 WIB, dan Sabtu pukul 08.00-17.00 WIB. Hari senin dan hari libur Nasional tutup.
            Benteng Vredeburg berdiri di pusat kota Yogjakarta. Hanya berjarak beberapa puluh meter saja dari “titik 0 Yogyakarta, atau perempatan Kantor Pos Besar, tepatnya di Jl Ahmad Yani; jalan di utara perempatan Kantor Pos Besar atau dikenal dengan Jalan Malioboro yang sudah sangat kondang itu.
Untuk anda yang membawa kendaraan sendiri, baik roda dua maupun empat, tersedia lahan parkir luas, tidak jauh dari  depan Gerbang Vredeburg. So, bagi Anda penyuka sejarah, atau ingin merasakan sendiri bagaimana aura para pahlawan kita berjuang untuk membela negara ini, silahkan jelajahi museum ini. 

Minggu, 14 Oktober 2012

pinta pagiku

Pagi yang terlihat sama seperti sebelumnya. hanya saja ketika melihat "waktu" aku berusaha melupakan apa-apa. satu kata hanya "benang merah" ya, aku masih belum mencium jawaban Tuhan tentang benang merah dalam cerita ini. oh sungguh hukuman apa yang telah menantiku setelah ini, melihat alur cerita ini bagaikan tali yang tarik ulur ketika aku mengingatnya dan bagaimana sempurnanya dia hadir dalam permainan hati ini.

   Betapa tidak, melihat pagi adalah ketika aku mengingat matamu yang menghitam karena lelah. Sungguh aku mengerti itu karena pada pagi Sapaanku adalah hanya pada ubin yang ketika itu masih dingin. sesekali kutapaki cemas dengan kakiku yang tampak gemetar. Oh betapa aku masih ingin bercumbu pada malam karena pagi hanya selalu memaksaku untuk lirih.


  Beri aku waktu mungkin sekedar menunggu kabut hilang dari jendela kamar beserta bercak embun yang masih membeku. Sesekali kupejamkan mata ini seolah aku memiliki hatinya yang entak untuk siapa? Mungkin untuk masa yang enggan memeberinya kesempatan padaku untuk bisa memiliki sekali lagi. Atau pada abu yang tampak muram seperti enggan atau tak rela.


  Aku terpaksa menikmati kesakitanku pada pagi yang terus meminta tubuhku untuk direbahkan pada ubin yang kusebut persetan itu. sungguh aku hanya berkata mampu jika aku terus bermain dengan hati ini. tapi tak mampu ingin lupa, oh apa ini yang dinamakan penderitaan, terpaksa kukeluarkan serupa serapah tentang harapan hatiku yang hanya ingin membeku saja bersama ubin-ubin itu tanpa harus mencair lagi.seperti cahaya yang tak mau nampak dalam mendung atau bagai bisa dalam racun yang mematikan. lalu, bagaimana cerita pagi selanjutnya ketika harus kujalani separuh hidup ini dengan terus menginginkan hatinya.

Jumat, 05 Oktober 2012

JALAN DAGEN

Jogja merupakan kota yg menjadi tujuan utama setiap orang yg mungkin mempunyai budget rendah untuk berwisata. untuk saya yang masih mahasiswa mungkin kota kecil ini bisa dijadikan salah satu tempat melepaskan penat dari tugas-tugas kampus misalnya. Tapi entah kenapa selalu jogja yg terngiang dalam ingatan saya, atupun anda mungkin? Saya selalu merindukan kota ini. kota yg menurut saya penuh dengan kedamaian, penduduknya yg masih ramah2, dan tentunya tempat wisata kuliner yg menjadi tujuan saya apabila berkunjung.Hmmmm!!! Untuk anda yang baru pertama berkunjung ke jogja, saya sarankan untuk mencari "jalan Dagen" masih satu kawasan dengan malioboro. kebetulan jalan Dagen merupakan tempat favorit saya untuk mencari hotel-hotel ataupun penginapan murah. Informasi sedikit ya teman, jalan Dagen ini begitu strategis karena tepat berada di malioboro. saya biasanya mencari hotel yang range harganya dibawah 300 ribu/harinya, sebenarnya sii tidak begitu sulit mencari hotel murah di sekitar Jalan dagen ini, asalkan sabar saya jamin anda bisa menemukan hotel fasilitas bintang empat sekalipun. Karena jaraknya yang tidak begitu jauh dengan pasar bringharjo, mirota, sampai keraton sekalipun.Udara jogja yang dingin di pagi hari, selalu membuat perut saya keroncongan. Yup, tanpa berpikir panjang saya pergi keluar hotel untuk mencari seorang ibu penjual gudeg di pinggiran jalan Dagen. Beliau menjajakan dagangannya dengan gerobak tuanya yg masih terlihat kokoh. Gudeg yg dijual tidak begitu manis, dan agag pedas.yup, tentu saja ini gudeg yang saya suka. Karena meski saya penyuka makanan manis, tidak dipungkiri darah saya masih darah sunda, suka makanan manis kalo lagi kelaperan, selebihnya lidah saya lebih ke sambel dan lalapan hehehe!! saat itu Saya langsung memesan satu piring gudeg lengkap dengan opor telur, krecek dan kikil tumis pedas yang benar-benar membuat saya seperti orang kelaparan saat menyantapnya. Dan yang unik saat saya berjalan menyusuri jalan ini, banyak tukang becak yang sedang mangkal sambil menawarkan jasanya. Meski saya tidak mengerti bahasa jawa, saya cukup berkata "mboten pak" dan mereka pun langsung mengerti bahwa saya sedang ingin berjalan kaki
Di jalan ini ada banyak penjual oleh-oleh khas djogja, tepat di depan hotel tempat saya menginap ada toko yg menjual bakpia khas djogja lho, eitssss!! Ini bukan sembarang bakpia, rasanya ada banyak macam bukan hanya kacang hijau dan coklat..kalo kata mas-mas penjualnya sii, orang-orang biasa memesan "bakpia blesteran" sempat penasaran sii, lalu saya memesan beberapa bakpia blesteran dan ternyata benar, rasa bakpianya benar- benar berbeda dari bakpia lainnya, saya sulit menggabarkan. Silahkan coba sendiri kalo berkunjung nanti ;)

Minggu, 20 November 2011

Bandung Seromantis Paris



Bingung memikirkan liburan akhir pekan? rasanya amatlah tepat bila minggu ini anda menyempatkan diri bersama keluarga atau orang terkasih untuk sama-sama berencana melancong ke Kota Bandung. ya, Kota yang disebut-sebut sebagai surganya Factory Outlet ini, memang menyimpan sejuta keindahan. baik dari bangunan tempo dulunya, maupun kesejukan alamnya yang sudah pasti berbeda dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. seperti Jakarta atau Surabaya. maka tidak heran, setiap akhir pekan jalanan Bandung berubah menjadi macet total.

Sebenarnya untuk kesekian kalinya saya mengunjungi tempat ini, atau bahkan sejuta kalinya “lebay dikit yah” sebab sempat beerapa bulan saya pernah berdiam di kota itu. Dan kebetulan pula ada darah campuran pula hehehe. Okay forget itu. Bagi saya Bandung merupakan kota ternyaman yang pernah saya singgahi. Enatah kenapa. Saya sangat menyukai bangunan-bangunan khas Belanda, yup bagi anda yang sering ke kota kembang ini pasti tahu letaknya berada di jalan Braga. di sepanjang jalan ini anda dapat melihat pertokoan dan gedung-gedung perkantoran yang masih mempertahankan ciri arsitektur bangunan lama sampai saat ini. dan yang lebih banyak menarik perhatian di jalan ini, adalah banyaknya kelompok remaja yang tampak silih berganti berjalan-jalan atau berfoto-foto di sudut-sudut Jalan Braga. untuk objek foto yang diambil sudah tentu gedung-gedung tua peninggalan masa kolonial yang masih menyisakan keindahan di masa lalunya.

Kepopuleran jalan ini bukan hanya di dalam negeri saja. di Jalan Braga juga bisa kita jumpai para pelancong dari luar negeri yang hilir mudik mengambil objek-objek bangunan tua. maka tak pelak lagi, Jalan Braga memang merupakan salah satu daya tarik wisata yang cukup penting di Kota Bandung.

Konon Jalan Braga sebelum abad ke-20 hanyalah jalanan becek dan berlumpur yang sering dilalui oleh pedati pengangkut kopi dari koffie pakhuis (di lokasi balai kota, sekarang) yang menuju Grote Postweg (Jalan Asia-Afrika, sekarang). Itulah sebabnya di masa lalu Jalan Braga dikenali dengan nama Karrenweg atau Pedatiweg. menjelang berakhirnya abad ke-19, Jalan Braga mengalami berbagai perkembangan seiring dengan pembangunan kota Bandung secara umum.

Dibandingkan dengan Jakarta dan Semarang, bangunan Kota tua di Bandung memang tidak memiliki kompleks sendiri. namun usia bangunan-bangunan tuanya hampir sama dengan kota besar lainnya. yakni, sekitar satu abad lebih. dan bisa dipastikan setiap libur akhir pekan, tempat ini tidak pernah sepi dan bagi anda yang sempat melancong pastilah rasa ingin kembali akan ada setelah anda meninggalkan kota yang dijuluki Paris Van Java ini.

Sejumlah usulan tentang revitalisasi Jalan Braga sudah pernah diungkapkan masyarakat melalui berbagai media, salah satunya adalah dengan menjadikan Jalan Braga sebagai sentra FO, distro, atau pusat perbelanjaan yang bergengsi seperti di masa lalu. atau, mencontoh yang sudah dilakukan oleh beberapa kota besar di Indonesia, dengan menjadikannya sebagai kawasan wisata kota tua.

Melanjutkan perjalanan di Jalan Braga, sekitar 100 Meter anda akan menemui Bioskop Majestic di sebelah kiri. salah satu bangunan tua dengan keunikan khusus yaitu terdapat relief kepala naga, bangunan ini masih diarsiteki oleh Schoemaker.
Sekitar 3 menit berjalan kaki dari Gedung Asia-Afrika anda akan berada di Alun-Alun yang merupakan pusat dari kota Bandung. disana bisa banyak kita jumpai para penjual cimol atau lumpia basah, dan di tempat ini pula bangunan pertama didirikan, salah satu bangunan tersebut adalah bangunan pendopo yang terletak di sebelah selatan. Alun-alun saat ini berfungsi sebagai komplek perbelanjaan, juga terdapat Mesjid Agung yang merupakan mesjid terbesar dan mesjid utama kota Bandung.

So, bagi anda yang belum punya rencana liburan akhir pekan ini. jangan ditunda lagi segeralah datang ke Kota yang juga dijuluki Kota yang paling Romantis di Indonesia ini.

Jumat, 18 November 2011

Bali "Surganya" Mangrove


Pagi itu di Bali.Teriknya matahari tidak menyurutkan semangat wisatawan lokal khususnya dari Jakarta dan sekitarnya untuk berjalan-jalan sepanjang pinggiran pantai yang memberikan keteduhan jiwa.birunya lautan seolah dapat memberikan ketenangan batin yang luar biasa setelah berkutit dengan masalah pekerjaan yang membuat fikiran menjadi sangat mudah stress. jadi jangan heran kalo Bali biasa dijadikan sebagai tempat obatnya stress yang manjur.

Farah, mahasiswa asal Bandung yang tengah melakukan study lapangnya tentang kekayaan kawasan hutan mangrove, khususnya di Pulau Dewata, Bali. Ini adalah kali pertamanya gadis berusia 21 tahun ini berkunjung ke Pulau yang biasa dijuluki dengan sebutan Surganya Dunia. awalnya, gadis yang mempunyai hobi menulis ini, tidak begitu paham tentang keberadaan Hutan mangrove di sepanjang pinggiran pantai Bali, yang ia tahu tujuan wisatawan berkunjung ke pulau bali, semata hanyalah untuk menikmati keindahan pantai yang tiada duanya itu. tapi setelah dia mendengar cerita dari salah satu kerabatnya yang dulu pernah tinggal di Bali menjelaskan bahwa kerabatnya tersebut mencintai Bali bukan karena keindahan panorama pantainya melainkan kekayaan hutan mangrove yang sebenarnya bisa dijadikan sebagai objek wisata yang jauh lebih menarik.

Berjalan santai di sepanjang trotoar adalah salah satu keasikan tersendiri yang biasa terlihat setiap paginya, banyak turis dari mancanegara yang berlalu lalang di jalan, kawasan tersebut memang tidak begitu jauh dari kawasan Pantai kuta .dan pada pagi ini pula yang tidak dilewatkan oleh farah bersama salah satu teman barunya Dewa, masyarakat asli Bali. .Dewa adalah salah satu teman kerabat Farah yang dulu pernah tinggal di Bali,dan kebetulan ia dengan senang hati bersedia untuk membantu Farah menjadi Guide dadakan selama ia menjalani tugas akhirnya itu, selain karena solidaritas terhadap teman, semua ia lakukan semata untuk memperkenalkan kekayaan alam yang luar biasa di Pulau Kelahirannya itu.

Matanya tertuju pada segerombolan sepeda motor tua yang tengah asik berkumpul di sepanjang trotoar. sambil berjalan santai, Farah menanyakan pada teman barunya itu, seolah ia memperlihatkan ketidaksenangannya terhadap segerombolan Motor Tua itu.yang tersirat pada fikirannya adalah, Biasanya dalam pandangan kebanyakan orang, club sepeda motor apapun namanya dikenal karena suka lalu lalang di dalam kota atau berkelana ke luar kota dengan suara motor yang mantap dengan pengendara berjaket hitam dengan segala asesorisnya. Mereka dituduh hanya sekumpulan orang yang sekadar menyalurkan hobby mengendari sepeda motor besar (MOGE) atau pamer koleksi motor tua atau terbaru. Di Bandung, bahkan kesan orang sangat negatif terhadap club sepeda motor, dan terdengar berita mereka arogan dan mengganggu dan membahayakan arus lalu lintas di kota.

Tapi justru sangat berbeda dengan raut wajah yang terlihat pada Dewa. Seolah ia menyambut gembira kedatangan motor tua itu. dan setelah dijelaskan pada Farah ternyata segerobolan motor tua itu adalah salah satu club di Bali yang melakukan aksi nyata di bidang lingkungan hidup, yaitu (HIMPUNAN MOTOR TUA) di Bali telah banyak melakukan aksi positif. Yang sangat membanggakan pada 21 Oktober 2007 yang lalu, bersama club sepeda motor lain seperti Bali British Club, Bikers Brotherhood, Rascal Raiders dan HDCI (Harley Davidson lho), mereka dengan penuh dedikasi melakukan penanaman bibit bakau di hutan Mangrove di pantai Bali tepatnya di teluk Badung, tumbuh sepanjang pantai Selatan Sanur sampai Tanjung Benoa (Nusa Dua) dan dikelola oleh Mangrove Sociaety dan Balai Pengelolanan Hutan Mangrove.

Wajahnya kembali berseri saat mengetahui masih banyak orang peduli terhadap lingkungan khususnya Hutan mangrove yang memang saat ini sedang dijadikannya sebagai judul tugas akhirnya untuk memperoleh gelar sarjana.

Hari kedua di Pulau Bali, Dewa mengajaknya ke salah satu tempat yang bernama Balai Konservasi Mangrove (BKM) I Ngurah Rai atau di Mangrove Information Centre (MIC) Denpasar Bali ada lahan mangrove sekitar 173,5 hektar. BKM berhasil membangun dan membusdidayakan mangrove. Bahkan kini MIC sedang mengembangkan ekowisata mangrove.
Area wisata ini kemudian diberi nama Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Bali. Untuk wisata mangrove, Balai Konservasi Ngurah Rai bahkan telah membangun tracking di area hutan mangrove. Menara bisa untuk melihat area mangrove dan pemandangan di pesisir Tanjung Benoa yang ada wisata budidaya penyu serta parasailing atau terbang layang dengan parasut yang ditarik dengan speedboad.

Kekayaan Mangrove di Pulau Bali memang sungguh menakjubkan, bahkan saking terkagumnya sampai-sampai Farah tidak sadar, Dewa tengah asik menikmati parasailing sambil meneriakan memanggil namanya.

Hari-hari selanjutnya masih sama dengan hari-hari sebelumnya seolah tidak pernah habisnya saat membahas tentang kekayaan mangrove di Pulau dewata Bali, karena begitu banyak mangrove yang dapat ditemui di pulau ini. bahkan keindahan panoramanya tidak bisa dilukiskan dengan jutaan kata-kata.yang tersirat hanyalah kembali dan harus kembali lagi ke pulau yang memang tidak salah diberi julukan “Surga Dunia” dan mungkin bisa disebut juga sebagai ‘Surganya Mangrove”.(Karina Asta Widara)