Mungkin terlalu klasik bagimu
ketika aku mengirimu sebuah pesan ini. Namun, kukira seorang yang melankolis
sepertimu adalah wajar ketika seorang kekasih atau teman mengirimu sebuh pesan.
Akan kucoba mengingatkanmu sedikit tentang aku yang selalu menatapmu seperti
awan yang basah karena gerimis..lalu seketika kau mengering oleh tiupan angin
yang menawarkannya... aku tahu saat itu kau tersenyum bahkan tertawa lepas
mencoba membisikan satu demi satu kisahmu yang memilu... Aku hanya perlu
menjadi angin lalu sesaat dunia menjadi tak ada. Sehingga, aku tak perlu memikirkan bagaimana cara
untuk bertahan hidup atau juga menghindar dari kematian. Yang kujalani adalah
bagaimana aku terus bisa bersamamu melihat dunia... lalu berubah menjadi tinta yang bisa melukismu menjadi pelangi atau bahkan senja
yang kulukis menjadi jingga. Tapi... di luar kuasaku kau malah berubah menjadi sebuah
jiwa yang ingin bebas dan menari-menari tanpa
mau mengikuti arah angin yang biasa membawamu pergi atau bahkan kau malah menhindar saat gerimis mencarimu. Dan kau dengan sisa tenagamu mencari tahu
sendiri bagaimana cela senja merubah warnanya menjadi jingga...
Aku
hanya perlu tahu atau kalo perlu memohon tataplah aku dengan cara yang berbeda,
bukan tatapan ketika kau menatap orang pada umumnya. Meski aku mengerti cinta
sejati bisa menunggu.. tapi cinta itu bisa memudar tanpa pengecualian dan tanpa harus ada alasan.
Bagaimana aku bisa segila ini. padamu, pada waktu yang selalu mempermainkan
kita. Mungkin ini sedikit konyol. Tapi mungkin aku sudah gila sampai pada
akhirnya... Apa perlu aku bahagia atau tak peduli ketika melihatmu menghabiskan sisa setiap malam akhir
pekan sendirian atau ketika kau ingin berbagi kegembiraan sedang di hadapanmu
hanya sebuah meja kerja, laptop dan secangkir kopi. Aku tahu kau akan baik-baik saja..sedang aku
sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar