Jumat, 18 November 2011

Bali "Surganya" Mangrove


Pagi itu di Bali.Teriknya matahari tidak menyurutkan semangat wisatawan lokal khususnya dari Jakarta dan sekitarnya untuk berjalan-jalan sepanjang pinggiran pantai yang memberikan keteduhan jiwa.birunya lautan seolah dapat memberikan ketenangan batin yang luar biasa setelah berkutit dengan masalah pekerjaan yang membuat fikiran menjadi sangat mudah stress. jadi jangan heran kalo Bali biasa dijadikan sebagai tempat obatnya stress yang manjur.

Farah, mahasiswa asal Bandung yang tengah melakukan study lapangnya tentang kekayaan kawasan hutan mangrove, khususnya di Pulau Dewata, Bali. Ini adalah kali pertamanya gadis berusia 21 tahun ini berkunjung ke Pulau yang biasa dijuluki dengan sebutan Surganya Dunia. awalnya, gadis yang mempunyai hobi menulis ini, tidak begitu paham tentang keberadaan Hutan mangrove di sepanjang pinggiran pantai Bali, yang ia tahu tujuan wisatawan berkunjung ke pulau bali, semata hanyalah untuk menikmati keindahan pantai yang tiada duanya itu. tapi setelah dia mendengar cerita dari salah satu kerabatnya yang dulu pernah tinggal di Bali menjelaskan bahwa kerabatnya tersebut mencintai Bali bukan karena keindahan panorama pantainya melainkan kekayaan hutan mangrove yang sebenarnya bisa dijadikan sebagai objek wisata yang jauh lebih menarik.

Berjalan santai di sepanjang trotoar adalah salah satu keasikan tersendiri yang biasa terlihat setiap paginya, banyak turis dari mancanegara yang berlalu lalang di jalan, kawasan tersebut memang tidak begitu jauh dari kawasan Pantai kuta .dan pada pagi ini pula yang tidak dilewatkan oleh farah bersama salah satu teman barunya Dewa, masyarakat asli Bali. .Dewa adalah salah satu teman kerabat Farah yang dulu pernah tinggal di Bali,dan kebetulan ia dengan senang hati bersedia untuk membantu Farah menjadi Guide dadakan selama ia menjalani tugas akhirnya itu, selain karena solidaritas terhadap teman, semua ia lakukan semata untuk memperkenalkan kekayaan alam yang luar biasa di Pulau Kelahirannya itu.

Matanya tertuju pada segerombolan sepeda motor tua yang tengah asik berkumpul di sepanjang trotoar. sambil berjalan santai, Farah menanyakan pada teman barunya itu, seolah ia memperlihatkan ketidaksenangannya terhadap segerombolan Motor Tua itu.yang tersirat pada fikirannya adalah, Biasanya dalam pandangan kebanyakan orang, club sepeda motor apapun namanya dikenal karena suka lalu lalang di dalam kota atau berkelana ke luar kota dengan suara motor yang mantap dengan pengendara berjaket hitam dengan segala asesorisnya. Mereka dituduh hanya sekumpulan orang yang sekadar menyalurkan hobby mengendari sepeda motor besar (MOGE) atau pamer koleksi motor tua atau terbaru. Di Bandung, bahkan kesan orang sangat negatif terhadap club sepeda motor, dan terdengar berita mereka arogan dan mengganggu dan membahayakan arus lalu lintas di kota.

Tapi justru sangat berbeda dengan raut wajah yang terlihat pada Dewa. Seolah ia menyambut gembira kedatangan motor tua itu. dan setelah dijelaskan pada Farah ternyata segerobolan motor tua itu adalah salah satu club di Bali yang melakukan aksi nyata di bidang lingkungan hidup, yaitu (HIMPUNAN MOTOR TUA) di Bali telah banyak melakukan aksi positif. Yang sangat membanggakan pada 21 Oktober 2007 yang lalu, bersama club sepeda motor lain seperti Bali British Club, Bikers Brotherhood, Rascal Raiders dan HDCI (Harley Davidson lho), mereka dengan penuh dedikasi melakukan penanaman bibit bakau di hutan Mangrove di pantai Bali tepatnya di teluk Badung, tumbuh sepanjang pantai Selatan Sanur sampai Tanjung Benoa (Nusa Dua) dan dikelola oleh Mangrove Sociaety dan Balai Pengelolanan Hutan Mangrove.

Wajahnya kembali berseri saat mengetahui masih banyak orang peduli terhadap lingkungan khususnya Hutan mangrove yang memang saat ini sedang dijadikannya sebagai judul tugas akhirnya untuk memperoleh gelar sarjana.

Hari kedua di Pulau Bali, Dewa mengajaknya ke salah satu tempat yang bernama Balai Konservasi Mangrove (BKM) I Ngurah Rai atau di Mangrove Information Centre (MIC) Denpasar Bali ada lahan mangrove sekitar 173,5 hektar. BKM berhasil membangun dan membusdidayakan mangrove. Bahkan kini MIC sedang mengembangkan ekowisata mangrove.
Area wisata ini kemudian diberi nama Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Bali. Untuk wisata mangrove, Balai Konservasi Ngurah Rai bahkan telah membangun tracking di area hutan mangrove. Menara bisa untuk melihat area mangrove dan pemandangan di pesisir Tanjung Benoa yang ada wisata budidaya penyu serta parasailing atau terbang layang dengan parasut yang ditarik dengan speedboad.

Kekayaan Mangrove di Pulau Bali memang sungguh menakjubkan, bahkan saking terkagumnya sampai-sampai Farah tidak sadar, Dewa tengah asik menikmati parasailing sambil meneriakan memanggil namanya.

Hari-hari selanjutnya masih sama dengan hari-hari sebelumnya seolah tidak pernah habisnya saat membahas tentang kekayaan mangrove di Pulau dewata Bali, karena begitu banyak mangrove yang dapat ditemui di pulau ini. bahkan keindahan panoramanya tidak bisa dilukiskan dengan jutaan kata-kata.yang tersirat hanyalah kembali dan harus kembali lagi ke pulau yang memang tidak salah diberi julukan “Surga Dunia” dan mungkin bisa disebut juga sebagai ‘Surganya Mangrove”.(Karina Asta Widara)

Tidak ada komentar: