Selasa, 02 April 2013

cerita tentang sebuah pesan yang ingin kukirim...


Mungkin terlalu klasik bagimu ketika aku mengirimu sebuah pesan ini. Namun, kukira seorang yang melankolis sepertimu adalah wajar ketika seorang kekasih atau teman mengirimu sebuh pesan. Akan kucoba mengingatkanmu sedikit tentang aku yang selalu menatapmu seperti awan yang basah karena gerimis..lalu seketika kau mengering oleh tiupan angin yang menawarkannya... aku tahu saat itu kau tersenyum bahkan tertawa lepas mencoba membisikan satu demi satu kisahmu yang memilu... Aku hanya perlu menjadi angin lalu sesaat dunia menjadi tak ada.  Sehingga, aku tak perlu memikirkan bagaimana cara untuk bertahan hidup atau juga menghindar dari kematian. Yang kujalani adalah bagaimana aku terus bisa bersamamu melihat dunia... lalu  berubah menjadi tinta yang bisa  melukismu menjadi pelangi atau bahkan senja yang kulukis menjadi jingga. Tapi... di luar kuasaku kau malah berubah menjadi sebuah jiwa  yang ingin bebas dan menari-menari tanpa mau mengikuti arah angin yang biasa membawamu pergi  atau bahkan  kau malah menhindar saat  gerimis mencarimu.  Dan kau dengan sisa tenagamu mencari tahu sendiri bagaimana cela senja merubah warnanya menjadi jingga...

Aku hanya perlu tahu atau kalo perlu memohon tataplah aku dengan cara yang berbeda, bukan tatapan ketika kau menatap orang pada umumnya. Meski aku mengerti cinta sejati bisa menunggu.. tapi cinta itu bisa memudar  tanpa pengecualian dan tanpa harus ada alasan. Bagaimana aku bisa segila ini. padamu, pada waktu yang selalu mempermainkan kita. Mungkin ini sedikit konyol. Tapi mungkin aku sudah gila sampai pada akhirnya... Apa perlu aku bahagia atau tak peduli ketika  melihatmu menghabiskan sisa setiap malam akhir pekan sendirian atau ketika kau ingin berbagi kegembiraan sedang di hadapanmu hanya sebuah meja kerja, laptop dan secangkir kopi.  Aku tahu kau akan baik-baik saja..sedang aku sebaliknya.